Prototipe ATD X yang merupakan demonstran pesawat siluman Jepang
yang jadi dasar pengembangan pesawat masa depan negara tersebut
Pesawat siluman pertama Jepang F-3, akan melakukan tes penerbangan pertama musim panas ini (sekitar Juni-Juli), demikian lansir PLA Daily, kantor berita yang berbasis di China. Jika tes berhasil, F-3 akan mewakili terobosan Jepang dalam hal kemampuan siluman dan teknologi mesin bertenaga tinggi, kata laporan itu. Pesawat tempur generasi kelima yang berasal dari program Japan’s advanced technology demonstrator-experimental (ATD-X) telah dirancang untuk memberikan kinerja yang unggul dalam empat indikator kualitas utama siluman, kemampuan jelajah supersonik, manuver dan sistem avionik terpadu.
Dalam hal teknologi siluman, eksterior F-3 dikatakan mengandung bahan menyerap yang dapat mengurangi refleksi radar. Selain menghindari deteksi radar, pesawat ini juga bertujuan untuk menghilangkan sinyal radar, sinyal elektronik, panas dan kebisingan untuk meminimalkan pendeteksian.
Kemampuan terbang dari F-3 akan mengandalkan mesin bertenaga tinggi 15-ton yang dikembangkan bersama oleh Jepang IHI Corporation dan Lembaga Teknis Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan negara . Mesin dilaporkan akan menampilkan XF5-1 menggunakan teknologi turbofan dan bahan keramik komposit yang sangat tahan terhadap panas.
Biasanya, jet tempur harus membuat kompromi antara siluman dan manuver, tetapi desain F-3 yang dikatakan mampu menyelesaikan konflik tersebut. Jet telah dirancang untuk menjadi ringan dan multi-misi, dengan sayap berbentuk berlian tanpa empennage. Hal ini dikarenakan meminjam desain yang menguntungkan dari jet tempur Amerika lainnya, dengan asupan jalan udara mirip dengan X-32 dan ekor berbentuk Y yang menyerupai YF-23.
Sistem avionik F-3 yang mengintegrasikan kinerja tinggi aktif array bertahap radar, sistem peperangan elektronik dan multi-fungsi sensor RF, dengan kabel serat untuk memungkinkan kontrol mobilitas tinggi dan peningkatan teknologi radar untuk memperluas area deteksi dan jarak.
Meskipun desain yang mengesankan, F-3 masih menghadapi banyak kendala praktis sebelum dapat menjadi kenyataan, kata PLA Daily. Para peneliti masih menjajaki kemampuan mesin dan perlu untuk mengetahui masalah seperti kompresor dan pembakar untuk mesin ketika bertenaga tinggi.
Fakta bahwa mesin tua F-2, yang kurang kuat dibandingkan dengan F-3, tidak optimal selama penerbangan, dengan laporan terdapat getaran kuat selama kecepatan tinggi, menunjukkan bahwa teknologi mesin Jepang tidak cukup matang, tulis koran itu.
Sistem avionik pesawat ini juga bermasalah karena dibagi ke dalam perangkat lunak dan perangkat keras, dan kurangnya pengalaman Jepang berurusan dengan aliran udara yang kompleks bisa membuat sistem rentan terhadap kondisi cuaca buruk. Sistem hidrolik juga diyakini menjadi perhatian bagi jet siluman yang dirancang untuk menjadi begitu lincah.
Selain itu, teknologi bahan pesawat tempur Jepang juga terdapat hambatan. F-15 AS, misalnya, memiliki proporsi titanium setinggi 26,5%, tetapi tidak praktis untuk Jepang jika hanya mengandalkan Amerika sebagai negara yang benar-benar bergantung pada impor bahan baku tersebut.
Pengembangan F-3 mengandung arti strategis yang signifikan bagi Jepang, kata PLA Daily. Di satu sisi, pesawat dipandang sebagai bangkitnya kembali industri penerbangan Jepang dan merupakan unjuk kekuatan terhadap China. Di sisi lain, program F-3 berhasil menunjukkan bahwa Jepang dapat berdiri sendiri dalam mengembangkan pesawat tempur yang unggul. Jepang telah lama terlalu tergantung pada AS dalam mengembangkan jet tempur di masa lalu.
No comments:
Post a Comment