Angkatan Laut China
China memang terus membangun kekuatan lautnya dan kemungkinan akan seimbang dalam jumlah dengan Amerika pada tahun 2020 yakni dengan 78 kapal selam. Sebagian besar akan ditempatkan di Yulin Naval Base di sepanjang pantai selatan Hainan.
Meskipun terus meningkatkan anggaran militernya setiap tahun, anggaran pertahanan China jauh jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Statistik terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute mengatakan Amerika Serikat tetap menjadi negara paling boros dalam belanja militer dunia, dengan US$665 miliar yang berarti sama dengan total tujuh negara yang ada di bawahnya. Jumlah ini juga tiga kali lipat dibandingkan anggaran China. Tetapi China anggaran militernya sama dengan pengeluaran agregat dari 24 negara di Asia Timur dan Selatan.
AS juga baru-baru ini menyatakan bahwa pihaknya berencana untuk menyebarkan drone surveilans RQ-4 “Global Hawk” dan F-35 jet tempur ke Laut China Selatan untuk menghadapi sikap agresif China di kawasan tersebut.
Vietnam, yang terlibat dalam sengketa wilayah dengan China atas pulau Paracel dan kepulauan Spratly, baru-baru ini menjadi berita utama dengan memesan enam kapal selam dari Rusia serta beberapa pesawat pengintai. Pengeluaran militer Vietnam telah meningkat 83% selama lima tahun terakhir, angkatan lautnya juga telah dua kali lipat dalam jumlah frigat dengan mencapai 68 kapal.
Sebaliknya, Filipina hanya membeli sejumlah kapal patroli dari Jepang, meskipun telah meningkatkan kerja sama militer dengan AS dengan membuka port dan pangkalan untuk Angkatan Laut Amerika Serikat.
Adapun negara-negara lain di dalam dan sekitar Laut Cina Selatan, Indonesia telah memesan tiga kapal selam dari Korea Selatan; Malaysia telah memesan enam kapal patroli dari Prancis dan Singapura telah mengakuisisi enam frigat kelas Formidable dan memesan dua kapal selam baru dari Prancis untuk menambah empat armada yang ada saat ini.
Thailand, Indonesia dan Filipina juga telah memperoleh kendaraan lapis baja baru, helikopter dan kapal amfibi yang mampu melakukan misi pengawasan dan penyelamatan.
IHS Janes Defence Weekly yang berbasis di Inggris memproyeksikan anggaran pertahanan tahunan di Asia Tenggara mencapai US$ 52 miliar pada 2020, naik dari US$42 miliar dari tahun ini. Sepuluh negara dari Asia Tenggara diperkirakan menghabiskan US$ 58 miliar pada peralatan militer baru selama lima tahun ke depan, dengan pengadaan angkatan laut, khusus untuk Laut Cina Selatan menjadi porsi terbesar.
Situasi di Laut Cina Selatan juga telah mempengaruhi Jepang, Korea Selatan dan India, dengan masing-masing yang membuat langkah untuk meningkatkan angkatan laut masing-masing. Angkatan Laut Bela Diri Jepang telah menambah 41 frigat hingga sekarang menjadi 389 kapal. Tokyo juga telah meningkatkan anggaran pertahanan US$ 48 miliar yang akan mencakup pembelian pesawat surveillane P-1, jet tempur siluman dan persenjataan lainnya buatan AS. Korea Selatan, di sisi lain, telah menambahkan kapal selam secara ofensif, sementara India berencana untuk membangun enam kapal selam baru.
No comments:
Post a Comment